Senin, Desember 23, 2024

Share

Suara Biduan Lilis Suryani Lewat Tembang Nonton Peh Cun Mewarnai Lomba Perahu Naga

Lomba Perahu Naga Dalam Perayaan Peh Cun di Sungai Cisadane, Tangerang. Foto : Istimewa

CAKRA³.COM, TANGERANG – Biduan Lilis Suryani ‘hadir’ dalam kemeriahan Festival Peh Cun di Sungai Cisadane. Pada momen puncak lomba mendayung perahu naga dan papak Sabtu dan Ahad 15-16Juni 2024, lewat suaranya yang renyah mendiang Lilis yang menyanyikan lagu Nonton Peh Cun diputar berulang-ulang.

Lirik lagu Nonton Peh Cun  sangat mengena di hati penonton lomba perahu naga dan papak yang memenuhi sepanjang 500 meter Sungai Cisadane  di jalan Kalipasir Indah Kota Tangerang, Banten.

Dengan iringan Gambang Keromong, suasana tepian Cisadane terasa seperti jaman baheula, “Jadi terkenang zaman dulu, kami sekeluarga selalu menonton lomba perahu naga dan ikuti ritual dari memandikan perahu naga,” kata Alin,  49 tahun keturunan Cina Benteng yang tinggal di Neglasari Kota Tangerang Sabtu 15 Juni 2024. Alin dan banyak penonton pun turut menyenandungkan lagu Nonton Peh Cun itu, begini lirik Nonton Peh Cun;

“Waktu Pecun Tangerang ramai sekali/siang malam orang gak pernah sepi/sambil berjalan-jalan melihat pemandangan/Tue mude gak mau ketinggalan/mentang mate mencari hiburan/Tiap tahun ramai sekali/Nonton Pecun senang di hati/Nonton Pecun di Kali Tangerang/ramai sungguh bukan kepalang/Bang Amat dan Mpok Dijeh ampe lupe pulang/Lihat orkes, cokek, dan gamelan/Pade ngibing tarinye igel-igelan/

Lilis Suryani merupakan penyanyi Indonesia kelahiran Jakarta 22 Agustus 1948. Lilis semasa hidupnya terkenal menyanyikan lagu Gang Kelinci ciptaan Titiek Puspa.

Kenangan Peh Cun juga diabadikan dalam karya sastra novel berjudul Ca- Bau -Kan: Hanya Sebuah Dosa (1999). Remy Silado menulis Peh Cun termasuk salah satu keramaian khas Batavia. Pada hari itu masyarakat Tionghoa ramai-ramai memperebutkan hadiah di ujung batang-batang bambu yang dihanyutkan di Kali Pasar Baru. Hadiah di ujung batang bambu itu adalah saputangan dan sebungkus candu seharga 32 sen.

“Dalam beberapa hari ini di Batavia, orang-orang Tionghoa telah banyak menaruh gambar Hok Mo Hong, nama malaikat penakluk iblis dalam kepercayaan Tionghoa, di rumah masing-masing. Dengan ditaruhnya gambar Hok Mo Hong ini di rumah mereka, maka itu pertanda sebentar lagi tanggal 5 bulan 5 Imlek. Itu adalah hari Peh Cun,” kata Remy dalam novelnya.

Festival Peh Cun ini dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek dan telah berumur lebih 2300 tahun dihitung dari masa Dinasti Zhou, dan dilakukan di berbagai kota di Indonesia dan negeri asalnya Tiongkok.

Dalam bukunya Saudagar Baghdad dari Betawi (2004), Alwi Shahab menyebut  perayaan Peh Cun sering dipusatkan di sejumlah sungai di Batavia dan sekitarnya, seperti di Kali Besar dan Kali Angke, Jakarta Kota. Selain itu, ada juga di Kwitang dan Kali Pasir Tangerang.

Dari laman warisan budayakemdikbud.id tertulis sebelum diadakan di Sungai Cisadane, perayaan ini diadakan di kawasan Kota, Jakarta. Tapi karena sungai di sana mengalami pendangkalan, perayaan Peh Cun dipindahkan ke Sungai Cisadane.

Disebutkan juga perayaan Peh Cun di Sungai Cisadane, Tangerang, merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. Sudah ada sejak tahun 1910, perayaan yang digelar rutin oleh perkumpulan Kelenteng Boen Tek Bio ini selalu diisi oleh berbagai ritual dan tradisi unik.

Dalam perayaan ini, diadakan berbagai tradisi yang tidak lepas dari kebudayaan sungai, seperti lomba perahu naga, lomba menangkap bebek, lempar bak cang, hingga mendirikan telur di waktu Twan Ngo.

AURORA

Berita lainnya..

Berita terpopuler